28.6 C
Banjarmasin
Senin, Desember 2, 2024

Dinamika Harga BTC Mendekati Bitcoin Halving Keempat

Teknologi.info – Dalam analisis terbaru pada Selasa (16/4) pukul 08:00 WIB, harga Bitcoin mengalami penurunan selama seminggu terakhir karena berbagai faktor yang mempengaruhi pasar. Data inflasi yang mengecewakan menjadi salah satu pemicu utama, dengan Indeks Harga Konsumen (CPI) untuk bulan Maret naik di atas perkiraan. CPI bulan Maret naik sebesar 0,4%MoM, melebihi ekspektasi 0,3%MoM. Sedangkan, angka CPI tahunan naik sebesar 3,5%YoY, melampaui perkiraan sebelumnya serta angka Februari yang sebesar 3,2%YoY.

Tekanan tambahan terjadi ketika ketegangan politik meningkat di Timur Tengah. Hal ini memicu sentimen risiko-off di pasar tradisional, menyebabkan kekhawatiran terhadap risiko geopolitik yang berpotensi mempengaruhi aset kripto. Dampaknya terasa dengan penurunan tajam harga Bitcoin, terutama setelah Iran melancarkan serangan terhadap Israel. Harga Bitcoin merosot lebih dari 8%, turun dari sekitar $67.000 menjadi di bawah $61.000 pada 13 April.

Selain itu, perdagangan ETF Bitcoin spot minggu lalu juga mencatat total arus keluar (outflow) sebesar $83,3 juta, yang mungkin turut berkontribusi pada penurunan harga BTC.

Menanggapi situasi ini, Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menjelaskan bahwa Bitcoin (BTC) pada Selasa (16/4) pagi pukul 08:00 WIB diperdagangkan seharga $63.210, mengalami penurunan sebesar 2,96% dalam 24 jam terakhir. Yudha memperkirakan BTC berpotensi bergerak di kisaran $62.800 – $65.000.

Pekan ini, pasar kripto menjadi sorotan dengan beberapa peristiwa penting. Investor memperhatikan penjualan ritel AS yang mengindikasikan kestabilan ekonomi dan rencana pemotongan suku bunga Fed. Pidato Wakil Ketua Fed Philip Jefferson juga menjadi fokus, karena keputusan suku bunga Federal Reserve sangat mempengaruhi minat terhadap aset kripto.

Namun, yang paling ditunggu-tunggu adalah Halving Bitcoin yang akan terjadi pada Sabtu (20/4). Hal ini menimbulkan antisipasi besar karena dapat menciptakan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, berpotensi memicu lonjakan bullish Bitcoin dalam jangka panjang. Sejarah halving sebelumnya menunjukkan kenaikan signifikan dalam harga Bitcoin setelahnya.

Apa itu Halving Bitcoin?

Halving Bitcoin adalah peristiwa terjadinya pengurangan setengah dari hadiah atau reward yang diterima oleh para penambang Bitcoin untuk menyelesaikan blok baru dalam jaringan Bitcoin. Hal ini terjadi secara otomatis setiap 210.000 blok, yang berarti sekitar setiap empat tahun sekali. Dengan kata lain, setiap kali telah ditambang sejumlah 210.000 blok baru, hadiah yang diberikan kepada penambang Bitcoin akan dipotong setengahnya.

Halving Bitcoin bertujuan untuk mengendalikan inflasi dalam mata uang kripto ini dengan cara mengurangi laju penciptaan baru Bitcoin. Sebelumnya, setiap blok baru yang berhasil ditambang akan memberikan hadiah sejumlah Bitcoin kepada penambang. Namun, dengan adanya halving, jumlah Bitcoin yang diberikan sebagai hadiah akan berkurang separuh dari sebelumnya.

Sebagai contoh, pada saat penciptaan Bitcoin pertama kali dilakukan oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2009, hadiah per blok adalah 50 Bitcoin. Kemudian, pada tahun 2012, pada saat terjadi halving pertama, hadiah tersebut berkurang menjadi 25 Bitcoin per blok. Setelah itu, halving kedua terjadi pada tahun 2016, mengurangi hadiah per blok menjadi 12,5 Bitcoin. Dan yang terbaru, halving ketiga terjadi pada tahun 2020, mengurangi hadiah menjadi 6,25 Bitcoin per blok.

Halving Bitcoin dianggap sebagai salah satu faktor fundamental yang memengaruhi harga Bitcoin, karena dengan berkurangnya pasokan baru Bitcoin, sementara permintaan terus meningkat, hal ini dapat menciptakan tekanan harga yang positif atau bullish. Oleh karena itu, banyak investor dan pelaku pasar mengamati dengan cermat peristiwa halving Bitcoin dan memperhitungkan potensi dampaknya terhadap harga Bitcoin.

Dalam situasi pasar yang penuh antisipasi, investor disarankan untuk memperhatikan setiap perkembangan pasar dengan cermat. Strategi yang dapat diterapkan adalah “Buy The Dip”, yaitu membeli saat harga Bitcoin mengalami penurunan signifikan, atau “Dollar Cost Averaging (DCA)”, yaitu melakukan pembelian secara berkala tanpa mencoba memprediksi waktu yang tepat.

Perlu diingat bahwa investasi dalam aset kripto mengandung risiko dan merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing. Informasi ini disampaikan melalui riset internal perusahaan dan bukan merupakan rekomendasi untuk melakukan transaksi jual/beli aset kripto. Sebab nilai aset kripto berubah-ubah dengan cepat, maka bijaksanalah untuk berinvestasi sesuai dengan keputusan Anda sendiri.

Jimmy Ahyari
Jimmy Ahyari
Seorang Apoteker yang menyukai dunia internet dan teknologi.
Artikel Lainnya
Sudah Baca Ini?